Jumat, 31 Januari 2014

Ancaman Penyakit Antraks terhadap Manusia

Manusia dapat terinfeksi antraks bila terjadi kontak dengan hewan yang terkena atau menderita penyakit antraks, kontaminasi atau penularan dapat melalui daging, tulang, kulit, maupun kotoran. Meskipun begitu, hingga kini belum ada kasus manusia tertular melalui sentuhan atau kontak dengan orang yang mengidap antraks

Infeksi antraks jarang terjadi namun hal yang sama tidak berlaku kepada herbivora-herbivora seperti ternak, kambing, unta, dan antelop. Antraks dapat ditemukan di seluruh dunia. Penyakit ini lebih umum terjadi di negara-negara berkembang atau negara-negara tanpa program kesehatan umum untuk penyakit-penyakit hewan. Beberapa daerah di dunia seperti (Amerika Selatan dan Tengah, Eropa Selatan dan Timur, Asia, Afrika, Karibia dan Timur Tengah) melaporkan kejadian antraks yang lebih banyak terhadap hewan-hewan dibandingkan manusia.

Antraks biasa ditularkan kepada manusia disebabkan pengeksposan kepada hewan yang sakit atau hasil ternakan seperti kulit dan daging, atau memakan daging hewan yang tertular antraks. Selain itu, penularan juga dapat terjadi bila seseorang menghirup spora dari produk hewan yang sakit misalnya kulit atau bulu yang dikeringkan. Pekerja yang tertular kepada hewan yang mati dan produk hewan dari negara di mana antraks biasa ditemukan dapat tertular B. anthracis, dan antraks dalam ternakan liar dapat ditemukan di Amerika Serikat. Walaupun banyak pekerja sering tertular kepada jumlah spora antraks yang banyak, kebanyakan tidak menunjukkan simptom.

3 tipe penyakit antraks yang dapat menyerang manusia


1. Lewat pencernaan (Gastrointestinal anthrax)

Menular akibat konsumsi daging ternak yang terkena penyakit antraks. Adapun gejalanya adalah mual, muntah, demam, sakit perut dan nafsu makan hilang. Pada tahap akut terjadi muntah darah atau darah keluar dari telinga, dubur atau hidung. Jenis ini dapat menyebabkan kematian.

2. Lewat kulit (Cutaneous anthrax)

Menular akibat bersentuhan dengan hewan yang terkena penyakit antraks. Gejalanya kulit terasa gatal dan melepuh menyerupai bisul. Bisul antraks warnanya lebih gelap, merah kehitaman dan bila pecah akan menyebabkan cacat. Jenis ini tidak menyebabkan kematian.

3. Lewat pernapasan (Inhalation anthrax)

Menular karena spora antraks terhirup saat mencukur bulu domba atau menyamak kulit. Gejalanya mirip flu dengan disertai kesulitan bernafas dan syok. Jenis ini dapat menyebabkan kematian.

Penjangkitan Antraks pada Manusia

Antraks dapat memasuki tubuh manusia melalui usus, paru-paru (dihirup), atau kulit (melalui luka). Antraks tidak mungkin tersebar melalui manusia kepada manusia.

Pada manusia, spora antraks dapat masuk baik Icwat mulut karena makan bahan makanan (daging) yang tercemar ataupun lewat kulit yang terluka atau bekas gigitan serangga. Oleh karena itu, ternak yang terkena penyakit antraks dilarang keras untuk dipotong dan dikonsumsi. Selain itu, spora juga dapat masuk ke tubuh manusia lewat pernapasan, yang dapat menyebabkan penderita mengalami radang paru-paru. Hal inilah sekarang yang menjadi berita dunia, karena orang yang tidak bertanggung jawab (teroris) menyebarkan spora antraks melalui surat atau cara-cara lainnya.

Beberapa gejala-gejala antraks tipe pencernaan adalah mual, pusing, muntah, tidak nafsu makan, suhu badan meningkat, muntah berwarna coklat atau hitam, buang air besar berwarna hitam, sakit perut yang sangat hebat (melilit). Sedangkan, gejala antraks tipe kulit ialah bisul merah kecil yang nyeri. Kemudian lesi tadi membesar, menjadi borok, pecah dan menjadi sebuah luka. Jaringan di sekitarnya membengkak, dan lesi gatal tetapi agak terasa sakit. Antraks terjadi setelah mengomsumsi daging yang terkena antraks. Daging yang terkena antraks mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: berwarna hitam, berlendir, dan berbau.

Penanganan Penyakit Antraks pada Manusia

Secara umum, perawatan untuk penyakit anthrax dapat dilakukan dengan pemberian antibiotik, biasanya penisilin, yang akan menghentikan pertumbuhan dan produksi toksin. Pemberian antitoksin akan mencegah pengikatan toksin terhadap sel. Terapi tambahan, seperti sedation (pemberian obat penenang). Namun, pada level toksin sudah menyebar dalam pembuluh darah dan telah menempel pada jaringan maka toksin tidak dapat dinetralisasi dengan antibiotik apapun. Walaupun dengan pemeberian antitoksin, antibiotik, atau terapi, pasien tentu mempunyai rasio kematian.


Sumber: Wikipedia | Baca juga : Mengenal & Mencegah Antraks pada Hewan serta Manusia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar